Selasa, 19 Mar 2024, 1:18:50

5:17:43
Kesenian Mistis di Nusantara
Kesenian mistis di nusantara tak lepas dari kepercayaan Animisme dan dinamisme di masa lampau, yang masih mengakar dalam pertunjukan kesenian di Indonesia. Kepercayaan leluhur diwariskan turun-menurun, tercermin lewat prosesi pertunjukan dengan beragam makna. Seringkali, Pertunjukan seni budaya ini bukanlah atraksi biasa. Ada 'mahluk kedua' yang membantu jalannya acara.
 

1.Debus

Atraksi kesenian ini mempertunjukkan kemampuan manusia yang memiliki kekebalan tubuh. Atraksi ini telah ada sejak abad ke-16, menjadi ajang memompa semangat juang rakyat Banten saat itu.
 
Debus sering dipertontonkan dalam acara kebudayaan atau upacara adat. Beragam atraksi yang terkenal seperti memakan api, mengiris bagian tubuh dengan pisau atau golok, juga menyiram tubuh dengan air keras. Tak hanya itu, ada pula memasukkan jarum kawat ke kulit hingga tembus, membakar tubuh, berguling di atas serpihan kaca atau beling, juga menusuk perut dengan tombak atau senjata tajam lainnya. Semua itu dilakukan tanpa terluka atau berdarah sama sekali.
 
2. Sintren
Sebagai seni tari tradisional Jawa khususnya Cirebon, Sintren banyak dipertunjukkan saat acara kebudayaan. Sintren diperankan oleh gadis yang masih suci (perawan), dibantu oleh seorang pawang dan 3-6 orang penjaga.
 
 
Pertama, gadis itu dililit tali dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sebuah kurungan ayam seukuran manusia sudah disiapkan dengan dibungkus kain batik hitam. Si gadis lantas dibaringkan di atas tikar, dibungkus lantas didorong masuk ke dalam kurungan ayam. Di sinilah prosesi Sintren dimulai. Dua sinden mendendangkan lagu dalam bahasa Cirebon.
 
Kemenyan dibakar, penari menabur bunga. Saat kurungan ayam diangkat, ajaib, gadis yang dililit itu sudah berubah penampilan. Biasanya si gadis memakai baju penari berwarna merah, kain batik hitam, dengan mahkota dan kacamata hitam. Si gadis lantas menari dalam kondisi trance.

Salah satu bagian yang menarik dalam prosesi ini adalah jatuhnya sang penari saat dilempar uang. Setiap penonton melempar uang ke tubuhnya, sang penari pun ambruk. Sang penjaga sigap menangkap, lantas pria berbaju hitam meniup wajah penari Sintren. Dia pun menari lagi, bak wayang di tangan dalang.

Konon, kesenian ini berasal dari kisah Sulandono yang memadu kasih dengan Sulasih. Hubungan itu tak mendapat restu dari ayah Sulandono, Ki Burekso. Akhirnya, Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian, pertemuan di antara keduanya masih berlanjut di alam gaib.

Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih. Pada saat itu juga, Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih. Konon sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan Sintren, penari dimasuki roh bidadari.
 
3. Bambu Gila
Masyarakat Provinsi Maluku akrab dengan atraksi Bambu Gila. Atraksi ini melibatkan kekuatan mistis, namun tanpa banyak prosesi sebelum maupun sesudahnya. Sebatang bambu dipegang oleh beberapa orang. Lalu oleh seorang dukun, bambu ini diberi mantera. Seketika, bambu pun terasa berat hingga orang-orang yang memegangnya keberatan. Tak jarang mereka pun berjatuhan ke tanah.

Tak hanya berat, bambu ini juga bergoyang ke kanan dan ke kiri tanpa kendali. Bambunya bergerak mengikuti alunan musik perkusi. Pertunjukan baru selesai ketika sang dukun kembali merapal mantera, dan mengembalikan "nyawa" bambu itu seperti semula.
 
 
4. Kuda Lumping
Sekilas, Kuda Lumping tampak seperti arak-arakan masyarakat yang menunggang anyaman berbentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain aneka warna.

Biasanya, atraksi Kuda Lumping memang sebatas parade yang menceritakan kegagahan pasukan berkuda Pangeran Diponegoro menghadapi penjajah Belanda. Namun aslinya, atraksi Kuda Lumping juga menyuguhkan pertunjukan kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis. Hampir sama seperti debus.

Kuda Lumping seringkali dilengkapi atraksi yang membuat bulu kuduk merinding. Mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, juga berjalan di atas bara api. Secara tidak langsung, hal ini menceritakan aspek non-militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda dulu.

Pertunjukan gamelan menjadi musik pengiring dalam atraksi Kuda Lumping. Ada kendang, kenong, gong, dan slompret (seruling dengan bunyi melengking). Sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan imbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta.

Walaupun berasal dari tanah Jawa, Kuda Lumping paling banyak ditemukan di Jawa Timur. Malang, Nganjuk, Tulungagung, dan berbagai kota lain menjadi rumah bagi tradisi turun-temurun ini. Atraksi Kuda Lumping biasa digelar saat upacara adat, menyambut tamu kehormatan, juga sebagai ucapan syukur atas karunia Tuhan YME.
 
5 . Sigale gale
Sigale-Gale merupakan salah satu kebudayaan Batak Toba yang dibanggakan. Boneka gerak ini menyimpan suatu cerita mistis yang mengagumkan. Bahkan sungguh sebuah keajaiban, Sigale galeboneka itu bisa menari-nari sendiri. Pun menangis. Sigale-gale, begitu nama boneka itu disebut. Masyarakat tak ada yang tak mengenal boneka ini. Ceritanya penuh teka-teki. Kisahnya berlangsung lama, sejak sekitar 350 ratusan tahun yang silam.
Dahulu kala, hiduplah seorang raja bernama Si Raja Rahat. Dia adalah seorang raja dari salah satu kerajaan di Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba di Sumatera Utara kini. Si Raja Rahat memiliki seorang putra tunggal bernama Si Raja Manggale.
Suatu ketika, sang raja mengirim putranya untuk berperang. Namun tak dinyana, Si Raja Manggale tumbang di medan perang. Tragisnya lagi, mayatnya tak ditemukan. Si Raja Rahat sedih kehilangan putra semata wayang yang akan mewarisinya kerajaannya, tersungkur melawan musuhnya. Raja pun akhirnya jatuh sakit, karena selalu menangisi kepergian Si Raja Manggale.

Melihat rajanya sakit, para tetua adat pun berusaha mengobati Si Raja Rahat agar sembuh kembali. Namun, tak satu pun dukun yang bisa menyembuhkannya hingga kemudian terbetiklah ide untuk menghidupkan kembali Si Raja Manggale. Dipanggillah seorang dukun besar. Tapi, usaha tersebut tak juga berhasil. Si Raja Manggale tetap tidak bisa hidup kembali.

Akhirnya, untuk mengobati kesedihan Si Raja Rahat, dibuatkanlah boneka dari kayu yang menyerupai Si Raja Manggale. Kemudian digelar pesta untuk merayakannya. Oleh sang dukun, roh Si Raja Manggale pun dipanggil untuk masuk ke dalam raga boneka. Dengan kepercayaan sipele begu, boneka pun dapat menari sendiri tanpa bantuan alat apapun.

Selama tujuh hari tujuh malam, boneka tersebut bisa menari sendiri. Si Raja Rahat pun senang mendapatkan pengganti Si Raja Manggale. Perlahan dia sembuh kembali. Sejak saat itulah, orang Batak menyebut boneka tersebut dengan nama Sigale-gale, yang dalam bahasa Batak berarti "si lemas-lemas”.

Untuk Pertunjukan
Lebih 350 tahun kemudian, Sigale-gale masih tetap hidup di Tanah Batak. Tak jauh dari pinggir Danau Toba di Desa Tomok, Pulau Samosir, musik khas Batak terdengar mengalun dari gondang (gendang Batak). Sebuah boneka lengkap dengan selembar ulos di pundaknya, tanpa aba-aba, tiba-tiba bergerak sendiri.

Boneka itu menari tor-tor mengikuti irama gondang hingga menangis bercucuran air mata, seperti menangisi sesuatu yang begitu membuatnya pilu. Seiring dengan berhentinya musik, boneka itu pun perlahan-lahan mengakhiri tariannya. Dan dia pun diam kembali seperti halnya sebuah boneka. Sedikit pun tak ada tanda-tanda kehidupan.

Begitulah pertunjukan Sigale-gale. Legenda yang hingga saat ini masih melekat dalam kehidupan orang Batak, walaupun tak lagi sebagai sebuah ritual, seperti yang selama ini diyakini oleh para leluhurnya. Sigale-gale sekarang sudah tanpa mantra-mantra lagi, melainkan dimainkan oleh seorang pangurdot (pemain Sigale-gale), dan tidak semua Sigale-gale bisa menangis.

Pembuatan Sigale-gale tetap memiliki cerita mistis. Biasanya dilakukan upacara dengan memanggil dukun untuk menentukan hari baik dan memilih pemahat. Kemudian dicarilah pohon nangka dan ingul, bahan utama untuk Sigale-gale di sebuah hutan yang diyakini sebagai hunian begu (tempat roh orang yang sudah meninggal).

Sigale gale adalah sejenis patung yang diukir menyerupai manusia yang terbuat dari kayu, yang dapat digerakkan seperti cara seseorang dalang untuk memainkan wayang golek dalam suku jawa, tetapi permainannya hanya dalam gerak ( tortor / tari ) diiringi oleh musik gondang sabangunan.

Kayu yang sudah siap diukir menyerupai manusia ini di buatlah di setiap persendiannya seperti ikatan dari benang misalnya di leher, lutut tangan dan kaki dan jari jemari tangan tersebut lalu dirangkai dengan sedemikian rupa, dan tali temali tersebut disambungkan dengan seseorang atau beberapa orang dalang yang akan memainkannya namun sebelumnya bahwa patung tersebut telah diberi berpakaian lengkap seperti pakaian adat suku batak, sehingga si gale gale ini dapat menari adalah tergantung kepada orang yang mengatur tali temali yang menggerakkan bagian – bagian tertentu dari Sigale gale itu yang disesuaikan dengan irama gendang ( gondang ).

Hal ini dilakukan adalah menggambarkan keadaan yang terjadi pada masyarakat suku batak dan aspek – aspek lain yang berhubungan dengan kebudayaan masyarakat suku batak pada jaman dahulu kala. Konon menurut legenda suku batak, sejarah Sigale gale dapat dikisahkan sebagai berikut, pada jaman dahulu kala hiduplah satu keluarga yang menyandang gelar Raja di kampungnya yang bernama " Raja Rahat " dan Raja ini sudah terkenal dimana – mana karena memiliki harta yang berlipat ganda, namun hanya memiliki keturunan seorang anak laki – laki.

Di Pulau Samosir, Sigale-Gale ini masih dapat dinikmati pertunjukkannya dengan tarif  seiklasnya. Pengunjung juga bisa berfoto dengan Sigale-Gale ini dengan ulos yang disediakan oleh pemilik Sigale-Gale dengan menggunakan kamera pribadi pengunjung.

6. Reog

Salah satu kesenian paling mistis di Indonesia berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Kota ini memang masih kental dengan hal-hal berbau mistis, serta ilmu kebatinan yang kuat. Gerbang kota ini dihiasi oleh Warok dan Gemblak, dua sosok yang ikut tampil dalam pertunjukan tari Reog.

Reog biasa dipentaskan dalam upacara adat, pernikahan, dan hari-hari besar Nasional. Reog terdiri dari 2-3 tari pembukaan. Pertama, 6-8 pria berpakaian serba hitam dipoles wajahnya dengan warna merah. Mereka menggambarkan sosok singa pemberani.

Berikutnya, 6-8 gadis menaiki kuda. Mereka tidak benar-benar "gadis", hanya laki-laki yang berpakaian wanita. Pada tari pembukaan ketiga, seorang anak kecil membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.

Setelah tari pembukaan selesai, adegan inti pun dimainkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, yang ditampilkan biasanya cerita pendekar.

Adegan terakhir adalah yang paling terkenal. Penari memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota terbuat dari bulu merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kilogram. Hebatnya, penari itu tampak tak keberatan sama sekali. Di sinilah peran 'mahluk kedua' dalam tarian Reog. Penari biasanya puasa dan bertapa beberapa hari sebelum berlangsungnya pertunjukan.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning. Namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh Warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tarian Reog).

Warok memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan trance saat mementaskan tariannya.

referensi : dari berbagai sumber
Category: Tradisional dan Budaya | Views: 2494 | Added by: dash | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
dth="100%" cellspacing="1" cellpadding="2" class="commTable">
Nama *: Email:
Code *: