| 1:47:37 Perjalanan Maharaja Diraja | |
|  Tambo memulai asal-usul dan perjalanan Maharaja Diraja dengan paparan: "Manuruik
 warih nan dijawek, pusako nan ditolong, kaba asa nan dahulu, kok 
gunuang sabingkah tanah, bumi ko sapahimbauan, kok lauik sacampak jalo, 
tanah darek balun lai leba. Timbua gunung Marapi. Lorong nan niniak 
moyang kito, asa-usuanyo kalau dikaji bana, iyo dalam sapiah balah 
tigojurai. Nan
 tuo banamo Maharjo Alih, nan tingga di banua Ruhum, nan tangah Maharajo
 Dipang, nan jatuah ka banua Cino, nan bungsu Maharajo Dirajo, nan turun
 ka pulau Ameh nangko. Menurut
 waris yang diterima, pusaka yang ditolong, kabar asal yang dahulunya, 
gunung sebingkah tanah, bumi sepehimbauan, laut selontaran jala, daratan
 belum seluas ini. Timbul gunung Merapi. Dalam pada itu, nenek moyang 
kita, asal-usulnya kalau dikaji benar, ialah dalam serpihan belah tiga 
jurai. Yang
 tua bernama Maharaja Alif, yang turun ke benua Ruhum (Rum Timur), yang 
ditengah Maharaja Dipang, yang turun ke benua Cina, yang bungsu Maharja 
Diraja, yang turun ke pulau Emas ( salah satu dari nama pulau Sumatra).             Kemudian disambung pula dengan kalimat: Takalo maso dahulu, samusim saisuak, iyo bak kato pusako:                 Di mano titiak palito  di baliak telong nan batali Di mano turun niniak kito Di lereng gunung Marapi Menurut kaba
 atau Tambo, tanah air kita ini dahulunya belum terpisah-pisah seperti 
sekarang. Tanah air kita masih bersatu dengan tanah Semenanjung Malaka 
sampai ke dataran Asia. Dimasa
 banjir Nabi Nuh (kiamat Nabi Nuh), hancurlah tanah-tanah itu dilanda 
banjir besar, sehingga terjadi erosi, muncul selat-selat dan pulau-pulau
 besar dan kecil, yang jumlah ribuan. Dalam mamangannya dinukilkan: Pisau sirauik bari bahulu Diasah mangko bamato Lautan sajo dahulunyo Mako banamo pulau Paco (pulau Perca, juga nama lain dari Sumatra)            
 Ketika air surut Maharaja Diraja berlayar. Tatkala ia dan rombongan 
melihat gunung Merapi telah timbul, ia merapat dan berlabuh di kaki 
lereng gunung Merapi. Informasi Tambo menyebutkan Maharaja Diraja dan 
rombongannya berlabuh pada sebuah tempat yang bernama lagundi nan baselo
 (sebuah pohon yang akarnya mirip orang bersila). Dan dari sana ia dan 
rombongannya membagun kampung, taratak, dusun, kemudian nagari.            
 Dari kisah Tambo tersebut maka kita perlu meretas satu-persatu, apa 
yang digambarkan Tambo itu. Sebelum perjalanan dikisahkan, kita mendapat
 informasi tentang keturunan nenek moyang suku bangsa Minangkabau. 
Mereka adalah tiga orang bersaudara, putra dari Iskandar Zulkarnain 
(dalam versi lain). Maharaja Diraja, adalah putra bungsu. Sedangkan yang
 tertua adalah Maharaja Alif yang memerintah negeri Rum Timur, dan yang 
kedua adalah Maharaja Dipang, menjadi raja di negeri Cina Boleh 
dikatakan secara umum pembaca mengetahui akan informasi tersebut. Dan 
itulah kebanggaan tersendiri sebagian besar anak-kemenakan suku bangsa 
Minangkabau ini. ISKANDAR ZULKARNAIN (Alexander Yang Agung)            
 Alexander Yang Agung atau Iskandar Zulkarnain, penakluk yang tersohor 
dari dunia silam itu dilahirkan di Pello tahun 356 SM, ibukota 
Macedonia. Orang tuanya, Raja Philip II dari Macedonia, seorang ahli 
perang. Dengan kemampuannya, ia mampu mengorganisir Angkatan Bersenjata 
Macedonia, menjadi mesin tempur yang berkualitas tinggi. Dengan Angkatan
 Bersenjatanya itu, Philip II menaklukan Yunani dan daerah sekitarnya. 
Sayang ketika ia merancang penyerangan Kekaisaran Persia, dan di tahun 
336 SM memulai penyerangan ke bagian timur Kekaisaran tersebut, ia tewas
 dalam pertempuran. Yang tatkala ia baru berusia empat puluh tahun.            
 Memang jauh-jauh hari Philip II telah mempersiapkan putranya, 
Iskandar.  Tidaklah sulit bagi Iskandar untuk menduduki tahta, 
mengantikan ayahnya. Tatkala itu ia baru berusia dua puluh tahun, masih 
muda belia. Seorang anak muda yang memiliki kehandalan militer, dan ia 
juga diserahkan oleh ayahnya pada seorang filosof, yakni Aristoteles. Di
 masa itu disebutkan Aristoteles, seorang yang paling cendikiawan dan 
filosof yang termasyhur zaman itu.            
 Semula bangsa yang menjadi taklukan Macedonia menganggap dengan 
kematian Philip II, mempunyai peluang untuk mengusir dari daerah mereka.
 Melepaskan diri dari genggaman sepenuhnya dari Macedonia. Akan tetapi 
anggapan mereka sirna seketika. Dua tahun setelah Iskandar naik tahta. 
Anak muda ini mampu mengatasi gejolak di daerah tersebut. Setelah itu 
Iskandar mulai melirik Persia, sesuai dengan cita-cita ayahnya.            
 Kekuasaan bangsa Persia, selama dua ribu tahun sangatlah luas. 
Terbentang mulai dari Laut Tengah hingga ke India. Walaupun di masa itu 
kejayaan Kekaisaran Persia mulai surut, namun bagi Macedonia masih tetap
 merupakan lawan tangguh.            
 Tahun 334 SM, Iskandar melancarkan serangan awal ke Persia. Iskandar 
hanya mempunyai tentara 35.000 orang, jelaslah tidak sebanding dengan 
kekuatan Angkatan Bersenjata Persia. Ini merupakan misi berani mati dari
 Iskandar. Kendati pun banyak rintangan yang harus dihadapi, Iskandar 
berhasil memenangkan pertempuran tersebut Dan dalam pertempuran 
tersebut, yang menjadi kunci kemenangannya adalah karena pasukan 
benar-benar terlatih. Lalu Iskandar sendiri adalah panglima perang yang 
gagah berani. Ketiga, dia langsung memberi komando di atas pelana 
kudanya. Semua membuat rasa percaya diri para tentaranya semakin kuat 
untuk menggempur musuh-musuh mereka.            
 Iskandar Zulkarnain memang seorang penakluk yang tidak ada duanya, di 
masa itu. Setelah melumat Persia, menerjang Asia Kecil,  Mesir menyerah 
tanpa perlawanan. Di sana dia diberi gelar Firaun dan dinobatkan sebagai
 dewa. Babylon pun dilabraknya, itulah akhir dari kejatuhan Kekaisaran 
Persia. Raja Darius III terbunuh oleh tentaranya sendiri, karena tidak 
ingin melihat raja itu menyerah pada Iskandar. Asia Tengah pun ia jamah.
 Demikian juga India bagian barat Ia
 beristrahat beberapa tahun. Dalam peristrahatan yang agak panjang 
tersebut, ia mulai memikirkan tentang kebudayaan. Ia ingin 
memperlihatkan kepada dunia bahwa bangsa Yunani, bukanlah bangsa barbar.
 Walaupun ia pernah menaklukan bangsa Persia, ia pun menaruh perhatian 
pada kebudayaan Persia. Berkat dukungan gurunya, Aristoteles, Iskandar 
Zulkarnain memadukan kebudayaan Yunani dan Persia, pertemuan antara 
Timur dan Barat. Demikianlah
 selintas riwayat hidup Iskandar Zulkarnain atau lebih dikenal di dunia 
barat, Alexander the Great. Ada orang bilang ia hanya seorang militer 
yang haus penaklukan, dan seorang barbar. Tapi dalam kenyataannya, di 
zamannya hidup para filosof termasyhur. Dan berkembangnya kebudayaan 
barat dan timur. Pengaruhnya kebudayaan tersebut sampai mendunia. 
Sayang, dia meninggal pada usia muda tahun 323 SM, saat berada di 
Babylon. Ia terserang demam panas, dan menghembuskan nafas dalam usia 
belum lagi tiga puluh tahun. Yang perlu dicatat; Iskandar berhasil 
mendekatkan kebudayaan Yunani dengan Timur Tengah, sehingga 
masing-masing mendapat manfaat, sekaligus mempertinggi kebudayaan 
masing-masing. Pun pengaruh kebudayaan Yunani menyebar ke India, dan 
Asia Tengah. Agaknya
 kebesaran Iskandar Zulkarnain itu menjadi insprasi Tambo untuk 
menghubungkan nenek moyang suku bangsa Minangkabau. Dalam sejarah 
disebutkan bahwa seluruh keluarga Iskandar Zulkarnain terbunuh, karena 
perebutan kekuasaan. Lalu kenapa tiba-tiba muncul tiga orang putra 
Iskandar Zulkarnain? Dan tiga putra tersebut, menjadi raja di negeri 
Rum, Cina dan Minangkabau. Dua negeri yang ditunjuk, yaitu Romawi (Rum 
Timur) dan Cina adalah negeri memiliki kebudayaan tinggi. Jika
 kita simak, penaklukan Iskandar Zulkarnain sampai ke India, dan 
pengaruh kebudayaan Yunani pun menjalar ke daerah taklukannya, termasuk 
Rum. Sedangkan pengaruh kebudayaan Yunani kepada Cina, perlu kajian yang
 khusus. Lalu siapakah "pencipta” Tambo itu. Apakah dia seorang perantau
 dari Minangkabau, yang pernah mengembara ke India, Cina, Rum, Yunani. 
Atau dia hanyalah seorang pendengar yang cerdas, yang mampu menyerap dan
 menyimpan dalam kepalanya setiap kisah yang diceritakan pencerita lain.
 Lantas kapan dia hidup? Kita memang buta akan masalah ini. Lagi pula, 
awal mula Tambo tersebut dikabakan
 lewat oral atau lisan. Sedang ketika Tambo dituliskan dengan huruf 
latin (atau Arab Melayu: kalau ada), tidak ada sedikit pun menjelaskan 
siapa”pencipta” kaba asal-usul itu.            
 Tapi yang lebih penting adalah mencari kenapa asal-usul suku bangsa 
Minangkabau itu dihubungkan dengan Iskandar Zulkarnain. Sebagai makhluk 
Tuhan yang diberi bekal dengan akal atau pikiran, kita tidak berdosa 
membuat hipotesa. Apakah tidak mungkin masih tersisa keluarga Iskandar 
Zulkarnain dari pembantaian karena perebutan kekuasaan di Macedonia, 
setelah ia meninggal? Hal itu bisa saja terjadi. Sebagai seorang raja 
besar, sudah lumrah ia juga mempunyai istri atau selir di luar istana. 
Dan keturunan yang ada di luar istana itu, mendengar ayah mereka 
mangkat, dan kekuasaannya diperebutkan oleh panglima-panglimanya. 
Tentulah mereka menyingkir ke daerah lain, yang lebih aman. Di antara 
mereka yang selamat, Alif, Dipang, Diraja. Kebetulan nasib baik berpihak
 kepada mereka, sehingga menjadi pemimpin di suatu wilayah.             
 Maharaja Alif menjadi raja di negeri Ruhum (Rum Timur). Lalu Maharaja 
Dipang dan Maharaja Diraja dapat kita asumsikan bersama ke negeri Cina. 
Di Cina, Dipang dapat merebut kekuasaan, ia naik tahta dengan gelar 
Maharaja Dipang. Sementara itu Diraja hanya mendapat kedudukan sebagai 
kerabat raja.            
 Bila kita hubungkan dengan waktu atau masa, kematian Iskandar 
Zulkarnain pada tahun 323 SM. Kita patok saja usia mereka sekitar dua 
puluh tahun, maka masa Dipang dan Diraja di negeri Cina sekitar 300 SM. 
Lantas kita harus mencari pula, dinasti apa yang berkuasa tahun 300 SM. 
Penulis mendapatkan raja Cina yang berkuasa sekitar 250-210 SM, dia 
adalah Shih Huang Ti (Mendekati masa hidup Dipang dan Diraja).             Shih Huang Ti juga menyebut diri Wang, yang artinya raja. Dalam dialek Minang, ucapan Waang
 dipakai untuk orang kedua. Memang banyak pemakaian kata atau bahasa 
Cina ke dalam bahasa kita, seperti cawan, teko dan sebagainya. Dan kalau
 kita simak secara seksama, tampak ada pengaruh Cina terhadap kebudayaan
 Minangkabau, seperti pakaian pengantin perempuan, pakain lelaki, 
perhiasan dan lain-lain.  Baiklah, kita menjemput kembali mamangan asal-usul :                 Di mano asa titiak palito,  dari baliak telong nan batali Dari mano asa nenek moyang kito,  dari lereng gunung Marapi             Kita coba menfasirkan baris kedua dari pantun ini : kata telong,
 jelaskan bukan berasal bahasa Minangkabau tapi dari Cina, yaitu sebuah 
lentera yang terbuat dari kertas, atau dikenal juga dengan sebutan lampion. Alat penerangan ini lumrah dipakai pada tempo dulu oleh masyarakat Cina. Sedangkan alat penerangan di Minangkabau, yaitu suluh
 (ada yang terbuat dari daun kelapa kering, dan ada juga bambu yang 
diberi sumbu, yakni obor). Maka dapatlah kata "kata telong” merupakan 
kata bermakna tersirat, bahwa sebelum mereka menetap di lereng gunung 
Marapi, nenek moyang suku bangsa Minangkabau itu pindah dari negeri 
asalnya, ialah negeri Cina.            
 Diraja tinggal bersama saudara tengahnya, Dipang di Cina beberapa lama.
 Bila dihubungkan dengan Shih Huang Ti adalah sama dengan Dipang, maka 
perpindahan Diraja dari Cina, bukanlah perpindahan biasa, dapatlah kita 
samakan dengan eksodusnya Nabi Musa dari Mesir, karena perselisihan 
dengan Firaun. Dikisahkan Diraja melarikan diri dari Cina, mempunyai 
persamaan dengan eksodus Musa dan pengikutnya. Karena di masa 
pemerintahan Shih Huang Ti terjadi pembantaian terhadap mereka yang 
tidak sepaham dengan sang raja itu. Hal tersebut itu dilakukan oleh 
karena Shih Huang Ti ingin "menyelamatkan” kekuasaannya, dari 
lawan-lawannya. Kemungkinan bahaya tersebut pun datang dari Diraja, 
saudaranya sendiri.            
 Melihat keadaan seperti itu, Diraja dan keluarga serta pengikutnya yang
 setia, segera melarikan diri. Dari pantai mereka lalu berlayar menuju 
Sumatra. Hipotesa yang saya buat ini, belumlah final. Sementara itu 
"kebenaran” Maharaja Diraja memang putra bungsu Iskandar Zulkarnain, 
baru dikaji sebatas kulit pertama. Tapi saya akan mengajak pembaca 
terlebih dahulu ke masalah : Apakah Iskandar Zulkarnain sang raja 
Macedonia tersebut, yang dimaksud oleh Tambo – seperti tertulis dalam 
al-Quran, surat al- Kahfi ?             "Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah aku akan bacakan kepadamu tentangnya. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberi kepadanya jalan (untk mencapai) segala
 sesuatu. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, 
dia melihat matahari terbenam di dalam laut yangberlumpur hitam, dan dia
 mendapatkan di situ segolongan umat. Kami berkata: Hai Zulkarnain, kamu
 boleh menyiksa atau berbuat kebaikan terhadap mereka.Berkata 
Zulkarnain: Adapun orang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, 
kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan 
azab yang tidak ada taranya. Adapun orang yang bermal saleh, maka 
baginya pahala yang terbaik, sebagai balasan, dan akan Kami titahkan 
kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah Kami. Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila ia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala yang ada padanya. Kemudian ia menempuh suatu jalan (yang lain lagi) Hingga
 apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di 
hadapannya kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti 
pembicaraan. Mereka berkata,”Hai Zulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan 
Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka 
dapatlah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat 
dinding antara kami dan mereka?Zulkarnain berkata,”Apa yang telah 
dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka 
tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar
 aku membuatkan antara kamu dan mereka. Berikanlah potongan-potongan 
besi hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain,”Tiuplah api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata,” agar kutuangkan (yang mendidih) besi panas itu.” Maka mereka tidak bisa mendaki dan mereka tidak (pula) melobanginya.Zulkarnain berkata,”Ini (dinding) adalah
 rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, dia kan 
menjadikanya hancur luluh, dan janji Tuhanku itu adalah benar,”Kami 
biarkan mereka bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian 
ditiupkan lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semua, dan 
Kami nampakan jahanam kepada
 orang-orang kafir dengan jelas. Yaitu orang-orang yang matanya dalam 
keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, adan 
adalah mereka yang tidak sanggup mendengarnya” (Q,S: 18; 83-101)            
 Dari cuplikan al-Quran, surat al-Kahfi tersebut, kelihatan "pembuat 
Tambo” ingin menjelaskan kepada para pendengar bahwa "nenek moyang” itu 
adalah orang yang terpilih, sebelum Nabi Muhammad diutus oleh Tuhan. 
Zulkarnain, bukan sekadar pemimpin militer tapi juga orang yang berilmu,
 sehingga dia diberi tugas oleh Tuhan memberantas orang-orang kafir. Dan
 Rasulullah pun seorang negerawan, pemimpin militer dan umat manusia.              Maka kita tafsirkan  Tambo asal-usul tersebut, diciptakan dan dikabakan
 oleh seseorang yang telah memeluk agama Islam. Kemungkinan ia berada 
dan hidup di zaman Minangkabau mencapai puncaknya . Dan bukanlah hal
 yang muskil apabila asal-usul suatu suku bangsa atau bangsa dikisahkan 
secara berlebihan. Pengkaitan  dengan negeri Rum, Cina merupakan 
kebanggaan tersendiri. Disamping itu "pembuat Tambo” diperkirakan dalam 
membaca dan menerjemahkan al-Quran (dan menafsirkan), belum memiliki 
pengetahuan yang memadai tentang penerjemahkan . Sehingga dalam 
memahami surat al-Kahfi, lebih terkesan tergesa-gesa. Lagi pula yang 
dimaksud dituju hanyalah "kehebatan” Zulkarnain, yang kemudian 
dihubungkan dengan Iskandar Zulkarnain (Padahal al-Quran hanya menyebut 
Zulkarnain, bukan Iskandar Zulkarnain) Dari berbagai pendapat umum 
disimpulkan bahwa Yakjuj dan Makjuj merupakan bagian kisah asal-usul dan
 pemikiran munculnya Tambo. Karena rangkaiannya, di masa lampau negeri 
Minangkabau terus-menerus dijajah oleh kerajaan maupun bangsa lain. Dan 
Yakjuj dan Makjuj merupakan bahaya bagi umat manusia, di mana sikap 
kedua mahkluk tersebut membuat kerusakan di muka bumi ini. Implementasi 
dari mereka yang suka berbuat kerusakan dimuka ini, antara lain: 
penjajahan bangsa lain terhadap bangsa lainnya. Catatan: Bangsa lain dalam membesarkan bangsanya sendiri, senantiasa mengaitkan 
asal-usul nenek moyang mereka dengam mitologi: bangsa Yunani dan Romawi 
mengaitkan dengan para dewa. Demikian pula dengan bangsa Jepang, yang 
mengaitkan dengan Dewa Matahari. Tampaknya demikian pula dengan suku 
bangsa Minangkabau. Di Indonesia, al-Quran diterjemahkan pertama kali oleh Syekh Abdur Rauf
 as-Singkile pada abad ke 16. Al-Quran tersebut diterjemahkan (dan 
tafsiran) dengan bahasa Melayu, yang berhuruf Arab gundul. Istilah Yakjuj dan Makjuj (Ya’juj dan Ma’juj) disebut dalam al-Quran, 
pada surat al-Kahfi:94 dan surat al-Anbiya:98. Al-Quran menyebutkan 
sifat dari Yakjuj dan Makjuj itu adalah mufsiduna fi al-ard (yang
 merusak di muka bumi). Pada surat al-Kahfi: dikatakan bahwa penduduk di
 antara dua gunung merasa cemas kalau Yakjuj dan Makjuj itu datang ke 
negeri mereka. Mereka bersedia membayar upeti pada Zulkarnain, bila ia 
bisa membangun tembok pertahanan. Sementara itu pada surat al-Anbiya 96 
digambarkan bahwa apabila pintu telah terbuka, dan Yakjuj dan Makjuj 
masuk, maka terjadilah hari kiamat. Kitab-kitab tafsir berbeda pendapat 
tentang apa yang dimaksud Yakjuj dan Makjuj. Ada pendapat yang 
menyebutkan bahwa Yakjuj dan Makjuj tersebut adalah bahaya dari Mongol 
yang telah memporak-porandakan Bagdad. Tapi kenyataan tersebut dianggap 
keliru oleh para ahli tafsir lain. Karena Mongol setelah itu telah 
banyak berbuat dalam membangun dan mendirikan kembali kerajaan Islam, 
seperti di Turki dan India.  BANJIR NUH            
 Informasi yang disampaikan kepada kita: Maharaja Diraja berlayar 
setelah banjir besar pada zaman Nabi Nuh.  Akan tetapi Tambo tidak 
menyebutkan bahwa Maharaja Diraja dan pengikutnya merupakan bagian dari 
umat Nabi Nuh. Tambo hanya menyatakan masa keberangkatan dan berlabuhnya
 Maharaja Diraja lereng kaki gunung Marapi ketika banjir besar tersebut 
selesai.            
 Ditilik kepada masa terjadinya banjir Nabi Nuh tersebut, sekitar dua 
puluh dua abad sebelum masehi (XXII SM). Waktu itu kebudayaan manusia 
sudah berkembang, dan bumi ini telah terkembang sebagaimana yang kita 
temui sekarang ). Jelaslah asumsi yang dikabarkan oleh Tambo tentang
 bumi belum mengacu pada ilmu Bumi.  Lagi pula kita dibuat bingung 
karena antara satu informasi dengan informasi saling bertolak belakang. 
Misalnya, dengan merujuk Maharaja Diraja sebagai salah seorang putra 
Iskandar Zulkarnain (Abad ke III SM). Dan sangat kacau lagi, apabila ada
 pula inforamsi yang menyatakan, Zulkarnain yang dimaksud tersebut 
seorang raja Turki, yang hidup sekitar abad 11 Masehi. Yang kemudian 
anaknya mendirikan kerajaan Inderapura di Pesisir Selatan. Catatan: Tentang Banjir di zaman Nabi Nuh, bukan saja dimuat dalam al-Quran tapi juga dimuat oleh kitab-kitab lainya: Perjanjian Lama (Bibel). Banjir itu terjadi ketika Nabi Nuh berusia 600 tahun. Maurice Bucalle dalam bukunya” Bibel, Al-Quran dan Sains Modern” (penerbit Bulan Bintang: penerjemahan H.M.Rasjidi) : berpendapat bahwa keterangan al-Quran lebih layak dipercaya. Ia menyatakan bahwa Banjir Nabi Nuh hanya menghukum umat Nuh, bukan seluruh umat yang ada di dunia ini. "Bagaimana mungkin orang dapat menggambarkan bahwa Banjir Nuh itu membinasakan penghidupan di atas seluruh dunia (kecuali penumpang Perahu Nabi Nuh) pada abad ke XXI atau abad ke XII SM. Pada waktu itu di beberapa tempat di dunia telah berkembang bermacam-macam peradaban yang bekas-bekasnya dapat kita lehat sekarang. Bagi Mesir umpamanya, waktu itu adalah zaman yang menyaksikan akhir Kerajaan lama dan permulaan Kerajaan baru.” Jadi kesimpulan Maurice menyatakan bahwa penjelasan al-Quran tentang Banjir Nuh lebih akurat, layak dipercaya, sesuai dengan Sains Modern sumber:tambodunia.blogspot.com | |
|  | |
| Total comments: 0 | |